YAZIK!
Suara
kecil dari mulut mahasiswa yang ngobrol dengan kawan satu bangku membuat
atmosfer kelas seperti dengungan kumbang hitam kuning yang singgah dari satu kepala
putik ke kepala putik bunga yang lain. Sayang musim semi sudah pergi jauh.
Sambil menanti dosen masuk ke kelas. Ada yang berdiri di depan pintu, melihat
kedatangan dosen dari kejauhan. Tiga orang, sambil tegak pinggang, ngobrol. Sebagian
besar sudah diposisi duduk masing – masing. Ada yang menambah dengungnya kelas,
membolak – balik buku, melihat materi yang akan disampaikan dosen, mengurut
layar handphone dan macam – macam bentuk penantian mahasiswa.
Aku?
Aku juga sama dengan yang lain, tidak jauh beda. Sesekali aku bolak – balik,
baca cepat materi yang akan disampaikan oleh dosen nanti. Aku juga ngobrol
dengan teman yang duduk disampingku. Sebenarnya ini harus sudah di baca tadi malam
atau sebelum sampai di kelas. Emang dasar pemalas!
Karena
untuk dosen ini, di awal materi kuliahnya nanti akan selalu mengintrogasi kami.
“Kalian datang ke kelas dengan membaca materi yang akan disampaikan bukan?”
Ya,
mau tidak mau harus baca minimal satu sub bab yang akan disampaikannya.
Teman
yang bertegak pinggang di depan pintu tadi masuk ke dalam. Dari bahasa
tubuhnya, dosen sudah melangkah mendekati kelas. Beberapa meter lagi. Ia sudah
berada di depan pintu. Melangkah masuk. “Selamun Aleyküm,”
Beliau melempar pandangan ke kami sekilas sebelum sampai ke mejanya. Beberapa buku
di tangan kanannya. Diletakkan diatas meja. Dengan sepasang jas rapi plus dasi
dan kemeja resmi. Hening.
Seperti
biasa, di awal dia menyampaikan mukadimah pendek dalam bahasa arab. Seperti
yang biasa digunakan juga oleh banyak pembicara, ust atau pun kiai. Alhamdulillah... tiga empat
kalimat, selesai. Posisi dosen sudah berada tepat di bagian tengah depan,
menghadap ke mahasiswanya, berdiri penuh keyakinan untuk mengajar. Karismatik. Satu
dua langkah mengiringi mukaddimahnya. Ke kiri dan ke kanan. Satu persatu
matanya yang tajam memidik pupil - pupil mahasiswanya.
“Evet
arkadaslar, nasılsınız1?”
tanyanya interaktif.
Semua
menjawab,serempak. Kembali hening. Sambil melangkah menguasai panggung
dosen hari ini. Tuk, tuk, tuk. Suara
telapak sepatu pantopel hitamnya beradu dengan lantai keramik. Memecah keheningan
kelas. Semua pada posisi ‘siap’. Badan tegak, tangan di atas meja, pandangan ke
depan. Menunggu kalimat yang biasa keluar dari lisan sang guru. Belum lagi
pertanyaan pertama tadi selesai dijawab pertanyaan kedua meluncur cepat.
“Kim
ödev
yaptı2?” pandangan beliau tajam bak elang gagah membidik mangsa. Tak lepas
hingga mangsa takluk. Durasi tiga puluh detik sejak pertanyaan dilempar, belum
ada jawaban. Kelas semakin hening dan dingin. Mata beliau menelusuk ke setiap
bola mata mahasiwanya. Tanpa terkecuali. Pertanyaan dikerucutkan.
“Bu
sırada
kim yaptı3?” pertanyaan beliau masih belum mendapat umpan manis. Semuanya
kompak mengangkat kepala ke atas sedikit, pertanda tidak ala Turki.
“Yazık!4”
Dia berjalan
ke barisan tengah, mendekati meja paling depan di barisan
tengah kelas, dua tıga
langkah, melontarkan pertanyaan yang sama. Sayang masih
pertanyaan yang belum bersambut. Aku menunduk sedikit, tak berkutik. Jarak sang
guru denganku hanya setengah meter, ukuran meja yang ada di depanku. Teman yang
di belakang sama, mengangkat kepala ke atas sedikit.
“Yazık!”
Barisan
terakhir, berharap ada yang mengatakan “Ben!” diantara barisan ini. Menjadi pahlawan
kelas yang sejati. Menyelamatkan ‘sumpah serapah’ seorang dosen kepada
muridnya. Dua langkah dari depan mejaku ke arah kanan. Pertanyaan yang sama di
ulang untuk ketiga kalinya. Alhasil, pertanyaan belum
berbuah jawaban.
“Yazık! Yazık! Yazık!”
Kata ini diulangnya berulang kali.
Jleb! Nyesek banget kalimat ini sampai ke dalam hati dan pikiran paling dalam. Selama pra ujian midterm hari ini akan menjadi hantu di setiap malam dan siang. Selalu terngiang di keseharian.
Entah
apa yang menjadi sebab tak ada satupun diantara banyak orang di kelas ini tidak
ada yang membuat tugas. Informasi tugas yang kurang pasti, kami
yang kurang peka, sengaja sepakat tidak membuat, lupa akan tugas, tidak bisa mengerjakan
tugas, dan bla bla bla seribu alasan mengantri untuk disebutkan.
“Kalau
kalian belum mulai belajar dari sekarang untuk ujian midterm 3 pekan lagi, maka
kalian sudah terlambat! Lihatlah hasil ujian kalian nanti!” Dengan kalimat intimidasi ia menutup pengantar petemuan hari ini.
1 _ Ya teman - teman, apa kabar kalian?
2 _ Siapa yang mengerjakan tugas?
3 _ Di barisan ini siapa yang mengerjakan tugas?
4 _ Menyedihkan, memalukan, biasa digunakan untuk mengutuk halus
Komentar
Posting Komentar