30 HARI
Syukur kepada Allah
yang telah memberikan aku kesempatan 30 HARI menginjakkan kaki di negara paling
barat dunia arab. Terpilih diantara lima belas orang yang menerima kesempatan
berlian ini, aku putuskan untuk mengambilnya sejak keputusan untuk pulang itu
mulai aku kubur. Ada teman yang mendukung dan ada pula tentunya yang acuh saja.
Setelah meyakinkan diri dan konsultasi sana-sini semakin kuat tekad untuk melanjutkan
langkah, menyapa angin Selat Giblatar. Bismillah, tiket PP langsung dibeli.
30 HARI di negri
seribu benteng. Negri seribu benteng ini miliki kota yang sudah berumur. Sudah
dilalui oleh banyak peradaban umat manusia. Benteng itu masih berdiri kokoh,
sedikit rapuh, dinding – dinding dan tiangnya sudah terkikis oleh hujaman air
hujan, perihnya tiupan
angin gurun sahara dan terjangnya angin samudra atlantik. Berjalan kaki selama
30 HARI belum bisa menggali seluk – beluk sejarah negri yang kaya sejarah ini.
Menelaah literasi yang berlimpah tentang pergantian penguasa negri yang menjadi
jembatan ke negara matador juga tidak cukup dengan 30 HARI. Aku hanya banyak
berbicara ringan dengan tutor bahasa arab dan teman – teman sambil menyeduh
segelas teh Maroko.
Menambah kenalan
dan menjalin silaturrahmi, duduk di diatas kursi rotan di bawah pohon rindang,
asri. Canda dan tawa menghiasi obrolan ringan seputar ke-maroka-an, juga tidak
kalah ke- indoneisa-an. Ada juga kata – kata yang belum aku pahami, membuat
obrolan terhenti, membuka kamus dan mencari arti yang sesuai dengan mufrodat
(kosa kata) baru. Obrolan menjadi sedikit pahit, tapi di sinilah proses belajar
yang sesungguhnya. Saat kekurangan yang kita miliki dikoreksi hingga kita
menemukan hakikatnya. Untaian – untaian nasihat sering menyadarkan aku akan
banyaknya kurang dan salah. Terbuka satu persatu tabir kealphaan saat orang
menilai diri kita jikalau hati kita lapang menerima. Aku sering tertunduk,
berkerut dan menggaruk kepala dibuatnya. Terasa memang 30 HARI adalah hari yang
sangat singkat untuk semua ini. Aku berharap akan ada 30 HARI yang berkali ipat
kedepannya untuk mempelajari bahasa arab, walaupun bukan disini.
Suara klakson mobil
dan motor yang halu lalang di luar pekarangan mewarnai obrolan aku dengan
tutor. Lembaga ini tepat di salah satu dudut di simpang empat jalan Ahmed
Balafrej, saat lampu hujau menyala, para supir mulai adu cepat menekan tombol
klakson. Dinding pekarangan setinggi 3 meter menutup jarak pandang mata kami
yang di dalam, hanya ada bunga kertas yang meninggi di sisi dinding dengan
daunya yang hijau. Mungkin setiap 30 HARI juga ada selalu bunga yang mekar dari
pohon itu. Ada juga tumbuhan seperti sirih, menjalar di dinding pakarangan,
tapi dia berbunga.
30 HARI dari waktu
belajar hanya libur di weekend, lumayan lelah belajar enam jam setiap hari plus di kasih PR. Biasanya
lembaga bahasa memfasilitasi tour keliling kota – kota yang ada di Maroko
setiap akhir pekan. Hampir setiap pekan ada aja destinasi yang menjadi target
tour, kadang 2 hari satu malam kadang juga 3 hari 2 malam. But, paket tour nya ngak
includ di program kursus. Walhasil, bila ingin ikut harus membayar dengan biaya
yang ditawarkan dan cukup mahal. L
Dalam 30 HARI ini
aku baru bisa keluar kota mengunjungi empat kota bagian utara kota maroko.
Dengan teman dari rabat berangkat dengan modal semangat, ala backpaker keliling
ke kota bagian utara. Kalau cowok backpaker-an ngak masalah, apalagi untuk
tidur, bisa tidur dimana aja asal ada keberanaian. Aku bisa tekan biaya hampir
setengah dari paket yang ditawarkan oleh lembaga bahasa tadi. Destinasinya juga
lebih banyak dan lebih leluasa kemanapun. Fell free in your journey...
Masih tersisa 30 HARI lagi. Semoga 30 HARI terakhir
ini lebih baik dari yang pertama. Ada lebih dari 30 kebaikan yang ada
hendaknya, lebih dari 30 orang baru yang kukenal harusnya, 30 HARI terakhir ini
semoga menjadi 30 kesan yang tinggal dan yang akan kubawa pulang. 30 HARI
terakhir ini semoga menjadi 30 halaman dari tulisanku pula nanti. 30 HARI
terakhir ini kawan, bukan pertanda untuk kita berpisah. 30 HARI ini bisa jadi
menjadi 30 tahun kedepan kita akan bersama. Bersama di Indonesia! 30 HARI...
Syukur kepada Allah
yang telah memberikan aku kesempatan 30 HARI menginjakkan kaki di negara paling
barat dunia arab. Terpilih diantara lima belas orang yang menerima kesempatan
berlian ini, aku putuskan untuk mengambilnya sejak keputusan untuk pulang itu
mulai aku kubur. Ada teman yang mendukung dan ada pula tentunya yang acuh saja.
Setelah meyakinkan diri dan konsultasi sana-sini semakin kuat tekad untuk melanjutkan
langkah, menyapa angin Selat Giblatar. Bismillah, tiket PP langsung dibeli.
30 HARI di negri
seribu benteng. Negri seribu benteng ini miliki kota yang sudah berumur. Sudah
dilalui oleh banyak peradaban umat manusia. Benteng itu masih berdiri kokoh,
sedikit rapuh, dinding – dinding dan tiangnya sudah terkikis oleh hujaman air
hujan, perihnya tiupan
angin gurun sahara dan terjangnya angin samudra atlantik. Berjalan kaki selama
30 HARI belum bisa menggali seluk – beluk sejarah negri yang kaya sejarah ini.
Menelaah literasi yang berlimpah tentang pergantian penguasa negri yang menjadi
jembatan ke negara matador juga tidak cukup dengan 30 HARI. Aku hanya banyak
berbicara ringan dengan tutor bahasa arab dan teman – teman sambil menyeduh
segelas teh Maroko.
Menambah kenalan
dan menjalin silaturrahmi, duduk di diatas kursi rotan di bawah pohon rindang,
asri. Canda dan tawa menghiasi obrolan ringan seputar ke-maroka-an, juga tidak
kalah ke- indoneisa-an. Ada juga kata – kata yang belum aku pahami, membuat
obrolan terhenti, membuka kamus dan mencari arti yang sesuai dengan mufrodat
(kosa kata) baru. Obrolan menjadi sedikit pahit, tapi di sinilah proses belajar
yang sesungguhnya. Saat kekurangan yang kita miliki dikoreksi hingga kita
menemukan hakikatnya. Untaian – untaian nasihat sering menyadarkan aku akan
banyaknya kurang dan salah. Terbuka satu persatu tabir kealphaan saat orang
menilai diri kita jikalau hati kita lapang menerima. Aku sering tertunduk,
berkerut dan menggaruk kepala dibuatnya. Terasa memang 30 HARI adalah hari yang
sangat singkat untuk semua ini. Aku berharap akan ada 30 HARI yang berkali ipat
kedepannya untuk mempelajari bahasa arab, walaupun bukan disini.
Suara klakson mobil
dan motor yang halu lalang di luar pekarangan mewarnai obrolan aku dengan
tutor. Lembaga ini tepat di salah satu dudut di simpang empat jalan Ahmed
Balafrej, saat lampu hujau menyala, para supir mulai adu cepat menekan tombol
klakson. Dinding pekarangan setinggi 3 meter menutup jarak pandang mata kami
yang di dalam, hanya ada bunga kertas yang meninggi di sisi dinding dengan
daunya yang hijau. Mungkin setiap 30 HARI juga ada selalu bunga yang mekar dari
pohon itu. Ada juga tumbuhan seperti sirih, menjalar di dinding pakarangan,
tapi dia berbunga.
30 HARI dari waktu
belajar hanya libur di weekend, lumayan lelah belajar enam jam setiap hari plus di kasih PR. Biasanya
lembaga bahasa memfasilitasi tour keliling kota – kota yang ada di Maroko
setiap akhir pekan. Hampir setiap pekan ada aja destinasi yang menjadi target
tour, kadang 2 hari satu malam kadang juga 3 hari 2 malam. But, paket tour nya ngak
includ di program kursus. Walhasil, bila ingin ikut harus membayar dengan biaya
yang ditawarkan dan cukup mahal.
Dalam 30 HARI ini
aku baru bisa keluar kota mengunjungi empat kota bagian utara kota maroko.
Dengan teman dari rabat berangkat dengan modal semangat, ala backpaker keliling
ke kota bagian utara. Kalau cowok backpaker-an ngak masalah, apalagi untuk
tidur, bisa tidur dimana aja asal ada keberanaian. Aku bisa tekan biaya hampir
setengah dari paket yang ditawarkan oleh lembaga bahasa tadi. Destinasinya juga
lebih banyak dan lebih leluasa kemanapun.
Fell free in your journey...
Masih tersisa 30 HARI lagi. Semoga 30 HARI terakhir
ini lebih baik dari yang pertama. Ada lebih dari 30 kebaikan yang ada
hendaknya, lebih dari 30 orang baru yang kukenal harusnya, 30 HARI terakhir ini
semoga menjadi 30 kesan yang tinggal dan yang akan kubawa pulang. 30 HARI
terakhir ini semoga menjadi 30 halaman dari tulisanku pula nanti. 30 HARI
terakhir ini kawan, bukan pertanda untuk kita berpisah. 30 HARI ini bisa jadi
menjadi 30 tahun kedepan kita akan bersama. Bersama di Indonesia!
Share dong, Wan, gimana ceritanya bisa dapat Ibn Battuta Scholarship. Seru juga buat isi masa summer :)
BalasHapus