Proud to be Indonesian in Marocco


Akhir pekan. Sudah sangat identik dengan menghabiskan hari dengan keluarga, sahabat dan teman dibungkus dengan kegiatan yang menghibur hati dan fikiran dari tumpukan kerja. Banyak cara dan pilihan untuk menghabiskan waktu bersama orang – orang tercinta. Jogging barsama di pagi Ahad mengitari alun – alun kota, nonton film terbaik di boiskop, piknik, travelling ke luar kota, silaturrahmi ke rumah sanak keluarga, sederhananya membuat hal yang positif dan funny di halaman belakang rumah.

Bagi mahasiwa indonesia di Maroko, menghabiskan waktu petang di alun – alun kota Rabat menjadi salah satu pilihan di akhir pekan. Keluarga – keluarga yang hidup di dalam apartemen berlantai dua, tiga, empat hingga berpuluh lantai keluar menghabiskan senja di alun – alun kota. Pedestarian yang di tanami pohon kurma kanan kiri, melangit tinggi, sepi dari daun, buah apalagi. Jalan pedestarian dengan kombinasi rumput taman nan hijau menambah daya tarik alun – alun kota. Air mancur di dua perempatan, yang menjadi pangkal dan ujung jalan pedestarian memacu suara lalu lintas dengan semburan air. Banyak pedagang kaki lima yang berjajal di sepanjang jalan. Menjajakan dagangannya kepada pejalan kaki yang mondar – mandir di sepanjang jalan hampir 800 M.

Beda lagi jika mentari berganti bulan. Bagian pedestarian yang luas kerap menjadi tempat pertujukan street dance oleh anak – anak muda setempat yang punya bakat. Mereka biasanya berkelompok dan punya tempat “nongkrong” sendiri di tengah keramain kota Rabat. Tanpa pandang usia dan jenis, mereka menonton dan menyodorkan uang recehan bila ada dari mereka yang keliling menengadahkan topi. Meski sebagian besar mereka hanya ingin menonton dengan Cuma – Cuma. Pohon kurma yang menjulang tinggi dililit dengan lampu yang menambah keindahan atmosfer malam kota Rabat.

Di pangkal jalan pedestarian alun – alun kota Rabat ada ‘gang’ Soekarno. Ini adalah salah satu bentuk penghormatan kepada Presiden Soekarno dari Raja Muhammad V pada kunjungannya ke Maroko tanggal 2 Mei 1960. Pada tahun 1955, Presiden Soekarno menggagas terbentuknya KAA ( Konferensi Asia Afrika ) di Bandung. Hingga, salah satu buahnya adalah Kemerdekaan Kerajaan Maroko. Sejak peristiwa bersejarah inilah hubungan bilateral anatara Kerajaan Maroko dan Republik Indonesia semakin mesra hingga saat ini.

Menyusuri ‘Gang’ Soekarno juga asik. ‘Gang’ yang membelah jantung kota Rabat. Menemani gedung – gedung metropolitan kota Rabat. Bank Maghrib, Pos Maghrib, Pusat Keamanan dll. Belum di sebut jalan, entah karena di zaman awal penamaan ini memang gang kecil yang sampai sekarang tidak di ganti menjadi jalan dalam penamaan atau ada sebab lain. Yang penting nama Soekarnonya masih tercantum di papan jalan.

Bagi Mahasiswa Indonesia di Maroko yang belum sempat menyusuri ‘Gang’ Soekarno bisa di bilang belum afdhol menjadi mahasiswa Maroko. Juga bagi para pengunjung kota rabat, -orang Indonesia khususnya- lihatlah sejenak jalan bapak proklamator Indonesia. Sambil menyerap kembali semangat juang para pahlawan kemerdekaan Indonesia.

Semangat 45!!!

Pernah tidak terbesit di benak kita?

Saat Indonesia baru memperoklamirkan kemerdekaannya sepuluh tahun. Indonesia menjadi motor penyemangat, jarum suntik bagi negara – negara di Asia dan Afrika yang masih terjajah pada masa itu untuk keluar dari kekangan penjajah yang biadab dan menyatakan kemerdekaan. Itulah mereka para pahlawan bangsa dengan seribu jasanya kepada dunia.

Bagaimana dengan kita ?








Komentar

Postingan populer dari blog ini

WELCOME TO JORDAN (Ürdün'e Hoşgeldiniz)

Sinopsis Di Tepi Sungai Dajlah