Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

71 Tahun Indonesiaku.

Gambar
Indonesaiku, kini usiamu sudah 71 Tahun. Saat aku baru melihat dunia, kamu sedang berusia 51 tahun Indonesia. Sudah 20 tahun aku hidup bersamamu . Sudah matang aku mengenal dan memahamimu Indonesiaku. Jujur, meski belum semua hal tentang indonesia dari pulau Sabang hingga Merauke aku ketahuai hingga seluk beluk terdalamnya. Indonesiaku, umurmu belum terlalu jauh dari umur kakekku yang lahir tahun 1948. Tiga tahun setelah Indonesiaku merdeka kakekku lahir. Mungkin ketika kakekku lahir, beliau masih mendengar sorak sorai kegembiraan rakyat Indonesia setelah terlepas dari negri matahari terbit. Tapi sayangnya, aku tak bisa melihat wajah kakekku karena sebelum aku lahir beliau sudah di panggil oleh Allah SWT. Aku tidak mendengar cerita ‘kepahlawanan dan kemerdekaan’ Indoensiaku dari kakekku langsung, melainkan dari bangku-bangku sekolah. Akhir – akhir ini semakin maraknya statement bahwa Indonesiaku belum ‘Merdeka’. Indonesiaku masih dijajah oleh negara – negara super power da...

Proud to be Indonesian in Marocco

Gambar
Akhir pekan. Sudah sangat identik dengan menghabiskan hari dengan keluarga, sahabat dan teman dibungkus dengan kegiatan yang menghibur hati dan fikiran dari tumpukan kerja. Banyak cara dan pilihan untuk menghabiskan waktu bersama orang – orang tercinta. Jogging barsama di pagi Ahad mengitari alun – alun kota, nonton film terbaik di boiskop, piknik, travelling ke luar kota, silaturrahmi ke rumah sanak keluarga, sederhananya membuat hal yang positif dan funny di halaman belakang rumah. Bagi mahasiwa indonesia di Maroko, menghabiskan waktu petang di alun – alun kota Rabat menjadi salah satu pilihan di akhir pekan. Keluarga – keluarga yang hidup di dalam apartemen berlantai dua, tiga, empat hingga berpuluh lantai keluar menghabiskan senja di alun – alun kota. Pedestarian yang di tanami pohon kurma kanan kiri, melangit tinggi, sepi dari daun, buah apalagi. Jalan pedestarian dengan kombinasi rumput taman nan hijau menambah daya tarik alun – alun kota. Air mancur di dua perempatan, yang...

Jika kamu berada di Maroko maka janganlah merasa asing

Gambar
"Idza Kunta Fil Maghrib Falaa Tastaghrib." Pribahasa ini sangat mashur di kalangan orang maroko dan pendatang. Saat aku datang dari Turki via Prancis dan disambut oleh temanku di bandara. Peribahasa ini termasuk mukaddimahnya saat menyalamiku, mendampingiku keluar dari bandara menuju kereta train. Cukup lama aku memikirkan pribahasa itu. Ku cerna dengan otak kiri, oper ke kanan dan terkahir ke otak tengah. Singkron! Sejak keluar dari troly terakhir setelah pengambilan bagasi aku melihat berbagai macam bentuk dan gaya kehidupan yang ada di bandara Internasional Muhammad V ini. Seorang ayah dengan jubah putihnya menggenggam tangan anaknya di sebelah kiri. Istrinya, disamping kanan suami menggiring anaknya pula. Berpakaian muslimah khas Maroko, jilbab dan daster dengan kupluk di belakang.  Tangan kosong sepasang suami istri ini menyisakan dua tas koper berukuran sedang. Kulit mereka tidak hitam tidak pula putih, hampir mirip dengan kulit orang indonesia kuning langs...