Berdarah Sirah!
Berdarah!
Merah!
Sirah!
Airmata mereka menangis darah kawan
Sekujur tubuh mereka berlumuran darah
Hingga ujung kaki mereka penuh dengan cipratan
darah segar
Menjalar hingga ke dinding – dinding rumah,
sekolah – sekolah mereka, hingga ke bilik – bilik mereka
Dapat kau bayangkan?
Ah, melihat darah saja kau tak punya nyali
kawan
Aku harap kau tahu itu kawan
Jeritan perih mereka yang menggema hingga puluhan
kilometer
Deras tangis mereka di siang dan malam tanpa
henti
Nyawa anak dan cucu mereka melayang setiap
hari
Mengais kasih dari yang maha pengasih
Sangat pelik kawan!
Aku harap kau paham itu kawan
Desis pelor dari mocong senapan menghujani
tanah kelahiran mereka
Dentuman meriam dan bom kalah oleh kerasnya teriakan
dan tangis mereka
Helikopter dan
pesawat tempur seperti capung di taman kota dan burung yang menghiasi langit
biru
Rompi dan
seragam babi itu menghijau di tanah kering bebatuan
Ironis!
Aku harap kau simpati
Kawan, uluran
tanganmu tidak mereka minta
Uang dari kocek
dan kartumu tidak berpengaruh banyak kawan
Setetes air mata
di kidung doamu juga tidak seberapa
Kawan,
Mereka saudara kita!
Komentar
Posting Komentar