Raja Kecil Siak
Hiruk pikuk pertempuran antara Indonesia dan Belanda membuat berbagai macam
kesepakatan yang tidak pernah bertemu pada satu titik. Kali ini Sultan
Indermansyah tidak diam, dia mengutus putranya untuk mengikuti kesepatakan
dagang yang terkenal dengan nama VOC. Dalam posisi Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I, Raja Kecil sebagai utusan di
dalam Vereenigde Oostindische Compagnie ( VOC ) tidak bisa berbuat banyak. Hanya dapat
menyuarakan suara rakyat yang sejatinya tidak dapat juga dimenangkan. Banyak sekali
taktik licik yang ada di kepala Belanda. Beberapa butir kesepakatan yang lahir
dari VOC adalah hasil dari buah pemikiran mereka juga.
Geram melihat gerak – gerik penjajah yang tak pernah berhenti menjajah
tanah air. Menganiaya, mengperkerjakan, memenjarakan, menghardik keras para
pekerja Indonesia.
“Mereka tidak hanya mengeruk tenaga para pemuda kami, mereka juga mengeruk
kekayaan alam yang ada di bumi pertiwi ini.” Raja Kecil sadar akan semua yang
dilakukan Belanda.
Jiwa dan raga telah diserahkan Raja Kecil untuk bumi pertiwi nan suci. Ayahnya,
Sultan Indermansyah telah mengajarkannya jiwa – jiwa siap berjuang hingga tetes
darah terakhir. Mereka dari keluarga yang sangat menjaga keagamaan dan adat
istiadat. Mulai dari kakek Raja Kecil sampai pamannya, semuanya mati syahid
dalam perjuangan bersama para tentara melawan kolonial. Karena dalam agama Raja
Kecil mati syahid adalah kemuliaan yang sangat tinggi.
Berangkat dari Pagaruyung, salah satu kabupaten di Sumatra Barat, Raja
Kecil tak pulang. Setelah menghadiri sidang kesepakatan dagang VOC, Raja Kecil
dengan jiwa syahid yang membara membangun kerajaan melayu. Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Melihat dari strategi yang di luncurkan Belanda, Raja Kecil membangun
kerajaan yang berada tepat dekat dengan selat Malaka. Selat yang menjadi mata
rantai kapal – kapal dagang dari luar Indonesia. Selat yang menjadi urat saraf
tarnsportasi Indodesia, Malaysia dan Singapur.
Tapi tak semudah yang Raja Kecil kira, banyak sekali tantangan yang
hadapinya saat mendirikan kerajaan. Hutan yang sangat rimbun dan semak seluk
belukar yang belum terjamah oleh manusia menjadi tantangan utama. Berkeliaran binatang
buas membuat para tentara yang di bawa oleh Raja Kecil menghadapi kesulitan. Pelan
– pelan, Raja Kecil mendapat nasihat dari ayahnya yang ada di Pagaruyung bahwa “alam
pun akan bersatu jika kamu sudah menyatu dengan pemilik alam.”
Raja Kecil mengingatkan para tentara yang ada bersamanya untuk kembali menguatkan
ikatan pinggang mereka, mempererat hubungan antar mereka, mengurangi banyak
makan, tidur dan senda gurau. Raja kecil menggiatkan kembali untuk tetap
menjaga sholat lima waktu. Seperti biasa, mereka ketika berada di Pagaruyung
selalu melakukan baca yasin dan tahlil bersama setelah sholat maghrib setiap
hari kamis. Raja Kecil ingin dia dan para tentaranya menyatu dengan pemilik
alam.
Irama kalimat thoyyibah yang di sebut – sebut Raja Kecil dan tentaranya
membuat suasana hutan di malam hari lebih syahdu. Tahlil, tahmid, tasbih,
takbir dan sholawat menggema di sela – sela pohon yang menjulang tinggi. Ajaran
seperti ini sudah menjadai adat di kampung Raja Kecil. Menjadi sebuah aib
apabila tidak ada hal seperti ini di malam jumat.
“Bismillah...”
Setelah satu pekan bermukin dalam tenda di tengah hutan anta berantah, Raja Kecil dan para tentaranya mengayunkan cangkul dan pembangunan kerajaan dimulai. Tanah yang subur ini akan bertambah subur saat tentara – tentara yang siap mati di jalan juang ini mengucurkan darahnya, Raja Kecil berkata dalam hati.
“Wahai para tentara yang siap bertempur di medan juang, wahai para tentara
yang siap memberikan jiwa dan raganya pada ibu pertiwi, wahai para tentara yang
tak kenal letih dn lelah. Setiap ayunan cangkul kalian, setiap pukulan badik
kalian, setiap kucuran keringat dan darah kalian akan menjadi saksi di depan
sang pemilik alam ini.
Wahai para tentara – tentara yang berjiwa besar, anak dan istri yang kalian
tinggalkan akan dalam kondisi baik – baik, mereka akan selalu berdoa untuk
kemenangan suci kita. Wahai tentara – tentara yang gagah perkasa. Waktunya telah
tiba, kita akan menyuburkan tanah – tanah yang subur ini dengan darah – darah kita.
Jangan pernah takut! Jangan pernah gentar! Jangan pernah ragu! Janji kemenangan
itu ada di depan mata!”
Raja Kecil membakar semangat para tentara. Pidato berapi – api disampaikan
Raja Kecil di atas tanah yang sedikit menjulang di sekitar para tentara. Hutan belantara
itu seperti ikut mendengar dan paham akan apa yang di sampaikan oleh Raja
Kecil. Mereka tunduk teduh tak bersuara. Alunan angin dan gesekan bambu
menemani kerja para tentara. Hewan – hewan buas juga menemukan harmonisasi
dengan pembangunan kerajaan ini. Mereka tidak mengusik para tentara sedikit
pun.
Pekan depan kerajaan Siak Sri Indrapura akan mengibarkan benderanya. Dengan
bendera mulia kerajaan Siak Sri Indrapura, Raja Kecil dan para tentara akan
berjuang mempertahankan ibu pertiwi.
Kini, Raja Kecil mulai merancang ekspansi yang akan dilakukan. Strategi
yang matang, prajurit yang gagah berani, semangat yang tak padam dan kedekatan
pada pemilik alam.
Komentar
Posting Komentar