Bukan Aku, Tapi Kita! #4 - Selesai
“Ting tong… ting tong… ting tong… “
“Aghhh…” Aku mendengus pelan. Membuka pelupuk mataku yang berat. Berat sekali. Pijakan syeitan
di bulu mataku semakin kuat. Beratnya semakin bertambah. “Bangun, sebentar lagi
waktu subuh akan masuk. Kalahkan nafsumu sendiri!” Hatiku berbisik.
Bantal sofa masih
terasa empuk, dalam suhu yang adem ini selimut tipis melillit hangat tubuhku. Suara
itu kembali mengusik kenyamananku. Tidurku yang nyenyak terpecahkan oleh suara
itu.
“Ting tong...
ting tong... ting tong...”
Dari luar ada
suara samar – samar yang kudengar, “Namaz, namaz, (Sholat, sholat,) Hadi...!
(Ayo),” itu suara Bilal Abi ( abang ). Ya, pikiranku menerka kalau itu suara
Bilal Abi. Tapi, Syeitan tetap semakin geram, pijakannya semakin kuat, pelupuk
mataku ditariknya kebawah, “Lanjutkan tidurmu...” bisik halus syeitan ke
telingaku. Semakin lihai meraka merayuku untuk tetap menutup mata, melanjutkan
tidur, berbalut dengan selimut hangat di dalam cuaca yang lumayan dingin. Aku kembali
terlelap.
“Ting tong...
ting tong... ting tong...”
Suara bel kamar
ini rasanya ingin aku remukan dengan kepalan tanganku. Geram. Tak hentinya
berusaha mengusik mimpi – mimpi indahku. “Brengsek! Masih ada aja orang yang
mengganggu kebebasan orang lain.” Hawa nafsuku mulai menggelora, membrontak, melonjak
ke langit ke tujuh. Kini syeitan semakin tertawa terbahak – bahak, bahagia
melihat apa yang kulakukan.
“Tidak!!!” Hati
nuraniku berontak.
Bismillah, aku campakkan
selimut hangat itu. Perlahan aku beranjak dari nyenyaknya tidur, empuknya sofa,
buayan dan nyanyian syeitan.
*****
Kubuka pintu,
"Tamam abi," jawabku samabil mengucek-ngucek mata.
Abi beranjak pergi dan meninggalkan kamar kmai. tidak ada lgi yang akan mengusik tombol bel itu lagi.
Masih ada kotoran yang nyangkut di sudut lekukan kelopak mataku. dekat ke batang hidung. Kamar masih terasa seperti syurga. Kasur, sofa, bantal dan selimut merayuku kembali untuk memejamkan mata sejenak menjelang azan subuh berkumandang. Mataku berpaling ke teman - temanku yang masih berada dalam alam mimpi. "Masih bisa nyambung nih, belum azan juga." bisikan - bisikan itu muncul kembali.
"Ahh...." kurebah pasrah tubuhku diatas hamparan sofa tadi.
Subuh di akhir musim semi. Tak hanya aku, masih banyak pemuda/i lain yang berjuang bangkit dari lelapnya tidur di musim dingin ini. Berat? Sulit? tentu. Di sanalah perjuangan mereka yang tinggal di negra empat musim. saat musim dingin kedinginan dan di musim panas kehangatan. Semoga dengan adanya perjuangan lebih dalam menjalankan kewajıban bernilai kebaikan pula disisinya.
"Laa ilaaha illallaah..." Kalimat terakhir azan terdengar samar di telingaku.
Lalu,
"Ahh...." kurebah pasrah tubuhku diatas hamparan sofa tadi.
Subuh di akhir musim semi. Tak hanya aku, masih banyak pemuda/i lain yang berjuang bangkit dari lelapnya tidur di musim dingin ini. Berat? Sulit? tentu. Di sanalah perjuangan mereka yang tinggal di negra empat musim. saat musim dingin kedinginan dan di musim panas kehangatan. Semoga dengan adanya perjuangan lebih dalam menjalankan kewajıban bernilai kebaikan pula disisinya.
*****
"Laa ilaaha illallaah..." Kalimat terakhir azan terdengar samar di telingaku.
Lalu,
Komentar
Posting Komentar