Ujian Akhir Semester I
Huft,
alhamdulillah…
Setelah
16 hari melalui ujian akhir semester (UAS) semester pertama ini rasanya aku kembali
bisa menghirup nafas dengan normal. Ujian kali ini cukup menegangkan, membuat
urat – urat dan saraf bekerja ekstra, setelah bulan November kemarin sudah di
hadapkan dengan pemanasan, ujian tengah semester (UTS).
UTS
ngak kalah penting juga, hasilnya berpengaruh besar untuk IPK semester satu
ini. Kalau aku kembali melihat nilai UTS rasanya ingin meneteskan air mata. Alay
ya…? bukan apa – apa mas bro, saat menjalani UTS aku memang ngak tahu harus
berbuat apalagi selain ya belajar ngelototin semua materi kuliah selama dua
bulan. Materi yang di baca tak paham, materi yang di hafal ngak nempel, materi
yang kalau di makan juga tak mengobati lapar apalagi materi nya di biarkan akan
berabe ntar nilai ujiannya. Apa boleh buat? Ya… aku baca, aku pahami, aku hafal
sekuat semampuku, sampai nafas terakhir. :D
Ketika
di madrasah memang sudah diajarkan bagaimana menempuh ujian agar mendapatkan
hasil yang maksimal. Cara belajar yang baik dan benar. Tapi… tak sama kawan, jalan yang kau tempuh memang sama namun ruas,
permukaan jalannya berbeda. Kau harus temukan inovasi dalam gaya belajarmu
dengan semangat yang lebih membara.
Beginilah
belajar dengan bahasa Turki, penuh lika – liku yang di iringi onak dan duri. Hiks, hiks, hiks...
Mungkin
teman tahu sendiri sulitnya belajar dengan bahasa Turki untuk S1. Ya, begitulah
hidup kalau mau memetik buah harus tanam pohon dulu, nunggu pohon besar dulu,
pohonnya di jaga baik – baik, kalau ada hama di bersihkan, belum lagi faktor
alam yang tak terduga. Setelah melalui masa yang cukup panjang baru deh memetik
buahnya. Nyammii…
Saat
menjalankan UTS pertama, aku memang sudah berusaha sekuat tenaga ama dari
sepuluh mata kuliah yang ada 6 geçti dan sisanya kaldım. Mata
kuliah yang enam itu tidak terlalu berpengaruh karna 4 dari nya adalah mata
kuliah tambahan, kreditnya hanya sedikit. Ini sejarah akademis baru ku, selama
ini mungkin nilai yang `sebaik` ini belum pernah aku raih di jenjang pendidikan
manapun. Cuma sekali, saat aku pindah dari kampung ke kota di sekolah dasar.
Aku dapat nilai merah langsung di tiga pelajaran di lapor UTS. Di UAS aku mulai
merangakak naik karna baru merasakan pelajaran anak kota. Eh, sejarah kedua.
Sepertinya hal ini ada
persamaannya, saat aku pindah dari kampung ke kota dengan hal yang aku lalui
pada UTS tiga bulan lalu. Tapi aku yakin, ini bukanlah akhir dari segalanya.
Aku harus packing dan pulang menyerah angkat tangan atas semua kesulitan.
Tidak! Fa inna ma`al `usri yusroo bukankah begitu yang di katakan dalam Qur-an. Setelah
kesulitan akan ada kemudahan. Kalau dalam bahasa turkinya, aku pernah lihat
sebuah pribahasa Mutlu olanlar hayat hikayelerinde geçirmez. Orang yang
hidupnya hanya dilalui dengan kesenangan, mereka tidak akan masuk cerita
kehidupan. Semoga semua kesulitan yang aku dan kita hadapi bermuara pada
kemudahan dan kebahagian di akhirnya baik dunia maupun akhirat. Amin...
Setalah UAS selesai memang aku
dan teman – teman dapat bernafas bebas. Tapi masih ada rasa deg – degan yang
mengiringi pasca UAS. Iya, menanti natijah dari setiap mata pelajaran adalah
antara iya atau tidak. Jika hasil yang kau lihat sesuai dengan perkiraan dan
target maka akan ada senyum yang lebih merekah dalam menjalani hari – hari.
Kalau sebaliknya? Tetap ada senyum sih tapi diringi dengan rasa sedih, kecewa,
badmood dan harus ambil garis start untuk ke depan yang lebih baik. Semangka!
Semester ini dengan sepuluh mata
kuliah aku dapat tiga puluh kredit. Yups, lumayan juga apalagi dengan bahasa
yang sulit ini. Setelah melihat apa yang terjadi pada UAS, aku harus
mendapatkan nilai yang lebih baik agar bisa mendongrak IPK semester satu ini.
Parahnya lagi, ketika UTS soal yang ada di kertas aja aku ngak paham semua,
gimana mau jawabnya? Kata orang kan memahami soal adalah setengah dari jawaban.
Ya... kalau pun ngak tahu jawabannya kita bisa mengarang bebes sepanjang tali
beruk. Ups. Kalau pilihan ganda? Kita bisa pilih dengan mantra yang diaduk di
antara pilihan A, B, C dan D. Nah, kalau soal ngak paham? Boro – boro mau
ngarang, apa yang mau di karang aja ngak nyambung. Jaka sembung bawa golok.
Sebenarnya aku tak terlalu
berdebar dengan hasil yang akan keluar. Aku sudah punya hasilnya. Aku sudah
buat gambaran apa yang akan keluar. Kembali lagi, ini Cuma gambaran. Yang
namanya gambaran pasti bukan asli, bukan orijinal. Tapi bukan kawe juga.
Senior bilang,
“Kalau untuk kita orang asing mah
udah biasa masuk remdial,”
“Kalau lu bisa lewat aja dari
angka dua, mantep dah...”
“Orang Turki aja masuk remedial,
apalagi kita?!?”
“Aku tunggu angka tigamu!”
Macam – macam lah senior, ini mau
menjatuhkan atau mau mengangkat?! Dulu aku tak percaya sulitnya menjalankan
ujian saat masih di kelas bahasa. Aku yakin semuanya tak akan sesulit, sesusah,
serumit yang mereka katakan. Aku kasih moral kepada diriku sendiri ketika itu.
Nyatanya, semuanya berbanding bengkok. Tidak seperti apa yang ku kira dan tak
seperti apa yang mereka katakan.
Sebenarnya sudah sepekan yang
lalu UAS berlalu, dan kemarin semua hasil setiap mata pelajaran sudah keluar.
Bebarapa teman sudah mengambil cuti, liburan ke tempat wisata musim dingin dan
travelling ke kota – kota yang belum masuk list kunjungan. Sementara aku… ya
masih meratapi nilai yang pas d kantong.
Tiga pekan sebelum UAS, aku sudah
tempel target setiap matkul di dinding kamar. Semuanya yakin dapat aku capai
dengan baik. Saat itu target yang ku tulis tak terlalu tinggi ke langit tidak juga
terlalu menunduk ke tanah karna akut ahu kapasitas dan kapabilitas aku dalam
mencapainya. Target yang dapat di terima logika.
Saat natijah mulai di buka satu
persatu melalui sistem, aku hanya bisa tersenyum kecil saat matkul yang terbuka
meleset sedikit dari target. Lambat laun semua mulai di umumkan secara
bertahap. Ya begitu, dari target yang aku sematkan di dinding kamar 80%
semuanya meleset. Akan tetapi secara umum aku tidak terpeleset terlalu jauh. Rata
– rata beda satu angka dengan apa yang menjadi target. Alhamdulillah…
Tunggu, belum selesai. Ada sebagian
kecil yang jatuh tertimpa batu ke dasar juruang. Agghh… parah! Tapi ada juga
matkul tambahan yang tepat sesuai target yang ku pasang. Kalau semuanya jatuh
ke dasar jurang yang dalam tertimpa batu tentu rasanya akan luar binasa. Kalau semuanya
tepat kena target, ngak enak juga. ntar lu terbang jauh ke langit ke tujuh. Biar
balance, ada yang jatuh ke jurang, ada yang tepat sasaran, ada juga yang
terpeleset dikit dari sasaran.
Semangat bang Ridwaannnn 👊
BalasHapusMas Pandu yng semangat juga, semoga Allah permudah segala urusan dan berhasıl kelaknya dunıa dan akhırat. :)
Hapusintinya saat jatuh yakinkan tubuh antum bisa bangun kembali akh, dan 1 hal yg harus di ingat, masa depan yang baik hanya isa di raih dengan usaha yang gigih serta kemauan yang kuat, semangat anak muda generasi penerus bangsa dan dakwah agama.
BalasHapusTerima Kasih banyak Ustzh, mohon do'a dari Ust dan Ustzh untuk murid-muridmu ini.
Hapus