Dimulai dari mimpi ( Kejar Beasiswa Turki ! 2 )
Panglima Muhammad Al-Fatih bertambah kepanikannya setelah
mendengar kabar akan datangnya bala bantuan untuk konstatinopel. 4 buah kapal
Genoa yang super besar, lengkap dengan alat perang,
bala tentara dan logistik yang memadai untuk beberapa bulan kedepan. Panglima
langsung memutar kuda putihnya, memberi perintah kepada Baltaoghlu selaku jendral yang memimpin pasukan laut untuk menghentikan 4 kapal itu sebelum sampai
si konstatinopel.
“Kapan kita jalan ke alamat yang mengurus beasiswa turki ?”
“Besok gimana? Jum’at sore kan kita dah boleh pulang, nah sabtunya kita kekantor yang ada dijalan Paus itu.”
“Besok gimana? Jum’at sore kan kita dah boleh pulang, nah sabtunya kita kekantor yang ada dijalan Paus itu.”
“Kalau bisa sama-sama, soalnya ane ngak ada motor yang bisa dibawa keluar!”
“siip, nanti kita kumpul dipondok aja. Trus sama-sama ke jalan Paus!”
“siip,”
Kami sepakat besok pergi kealamat yang tertera disebaran
berita dari media sosial ini. Rasa dahaga akan informasi kuliah ini belum juga
hilang. Sebelumnya aku sudah ikut berpartisispasi juga dalam program SNMPTN dan
UAMPTN seperti beberapa teman yang lain. kami juga sudah ikut seleksi ke timur
tengah yang diadakan di UIN SUSKA Riau seminggu yang lalu tepatnya. Selama
masih ada peluang, coba terus peluang itu hingga memang peluang itu sudah
tiada. Dan peluang insyaallah akan ada selalu, kesiapan dirilah yang akan menjawab peluang yang datang.
***
Aku, luthfi dan Ariel yang akan berangkat, Ariel yang
memilih untuk tetap dipondok kami jemput ia meski harus meminjam sepeda motor
salah seorang ustadz karna tidak memungkinkan untuk tartig. Perjalanan kami menuju jalan Paus ini hampir
dimulai, nanda datang dengan sepeda motor
abangnya, Vixion. Bertambah gagah teman kami yang satu ini, ditambah
senyumnya yang lebar diantar wajah yang memerah muda. Kami berempat yang akan berangkat
untuk awal ini, fahcri juga sudah memberi kabar bahwa ia tidak bisa ikut untuk
sabtu pagi ini karna ada beberapa kewajiban yang harus ia tunaikan.
Dari pondok ke jalan paus tidak memakan waktu yang lama,
hanya 20 menit dengan kecepatan normal kami akan sampai disana. Suara sepeda
motro Beat putih luthfi terdengar sedikit lebih lembut dari sepda motor Supra X 125 milik Ustad Hanif yang dikendarai Ariel. Terlebih lagi suara si
motor gagah ini, setiap perpindahan gigi knalpotnya seperti menantang sepeda motor yang
lainnya, mengaung menantang lawan. Iring-iringan dalam perjalanan terasa lebih enak,
berganti posisi depan belakang dan kiri kanan. Perjalanan tak terasa kami
sampai di tempat yang dituju.
“Assalamu’alaikum,”
“Aleykumussalam, silahkan silahkan. Silahkan duduk!”
Seorang pemuda yang sudah berjanggut brewokan tipis, lebih
tinggi dari kami dan sedikit berbadan. Bukan perawakan indonesia, sepertinya
beliau orang asing yang menetap disini. Keramah-tamahannya dalam menyambut kami
yang baru pertama kali bertemu sudah seperti kali kesepuluh. Kami disambut dengan
sambutan khas turki sepertinya, diatas meja kaca itu sudah terletak bebarapa snack kecil dan coklat. Bersamaan itu pula, yang tak boleh tidak ada, cangkir
teh yang kecil dan unik. Tentunya teh yang hangat ini kami seduh karna memang
sudah disuguhkan. Kami duduk setelah dipersilahkan dan saling berkenalan satu
persatu. Asal punya asal, Hasan abi ini sudah pernah mengujungi pesantren kami
dalam rangka peninjauan lokasi tanah. Beliau yang
sedang meneruskan S3 di Universitas Riau
bidang pertanahan dan tumbuhan. Butuh banyak relasi yang tentunya berhubungan
dengan
Begitu jelas beliau menjelaskan kepada kami apa itu
Beasiswa Turki, Bagaimana cara aplikasinya, sampai nanti kami akan dikirmkan
tiket melalui email jika sudah dinyatakan lulus. Siapa sangka, kami akan bisa
menginjakkan kaki ditanah imperium ustmani. Santri yang kesehariannya berlalu
didalam hutan, terkadang kami akrab dengan makhluk-makhluk tarzan, jauh dari keramaian masyarakat, asrama
kekelas, kelas kemasjid, masjid kembali keasrama 3 tempat ini yang menjadi
sentral kegiatan kami.
Didinding putih ini, menara kız kulesi disenja menjelang malam terpampang indah. Sempat
berkhayal aku bisa kesana menikmati indahnya ciptaan Allah diatas segala ciptaan siapapun. Menikmati angin selat Bosphorus di malam hari, kemerlapnya malam dengan lamba yang
beraneka warna diturki, sholat di dalam uniknya masjid ala mimar sinan juga
menyaksikan burung camar mengepakkan sayapnya sambil meneguk segelas çay hangat. Subhanalllah.
“Senang sekali bisa bertemu dengan kalian, saya akan bantu kalian untuk
bisa mendapatkan beasiswa ini. Ini beasiswa luar biasa, kalian disediakan
asrama untuk tinggal, uang kuliah kalian sudah tidak bayar, untuk jaminan
kesehatan kalian juga akan ditanggung, setiap bulannya kalian akan diberikan
uang saku, tiket berangkat dan pulang kalian juga akan ditanggung. Ini
kesempatan yang luar biasa, harus ada diantara kalian yang lulus dan kalau bisa
semuanya lulus dalam program beasiswa ini. Saya harap begitu, kalain harus
semangat!”
“Tiket pulang perginya setiap tahun bi?”
Potong Ariel ketika Hasan abi mengambil nafas sejenak,
konsentrasi kami tertuju kepada pertanyaan Ariel. Kalau memeng tiket pulangnya
setiap tahun, ini hampir sama dengan beasiswa Universitas Islam Madinah.
“Tiketnya diawal keberangkatan dan diakhir setelah wisuda,”
“Saya mohon maaf sekali, karna hari ini saya tidak membawa wifi agar bisa
kita langsung daftar. Besok kalian boleh kesini lagi, bawa temannya yang
banyak. Perempuan juga tik apa-apa, asal ada kemauan untuk ikut program
beasiswa ini. Saya jam 9.30 sudah disini insyaallah, kalian boleh datang jam
berapa kalian suka karna kebetulan pekan ini saya tidak banyak tugas.Oh ya,
Siapkan photo, KTP atau Passport, Rapor dan sertifikat yang ada untuk aplikasi
beasiswanya.”
Coklat bulat roka produk apollo itu habis ketika mendengar
penjelasan dan Hasan abi, satu persatu
bungkus yang berisi tadi sudah kosong melompong, 2 piring penuh bahkan melimpah
bisa habis ditangan siapa? Ada 8 tangan dengan 40 jemari yang saling bergantian
mengambil hingga 2 piring tidak lah cukup untuk 4 orang. Teman abi itu juga
sudah menambahnya kembali, tak butuh waktu lama yang dihidangan itu juga habis.
Waktu tinggal 2 pekan lagi, pendaftraan ini akan segera
ditutup dan akan buka tahun depan. Tanpa mengatakan tidak, semua nasihat Hasan
abi kami anggukan. Pikiran kami terus menerawang negri yang jauh dipelupuk
mata, hanya dapat dilihat dari atlas yang digunakan ketika pelajaran geografi dikelas. Kadang kami juga main terka negara-negara yang ada didunia hingga ia menemani mimpi-mimpi indah kami.
Komentar
Posting Komentar